Isbroad.com, Bandung - Pelatih Tim Nasional Indonesia, Shin Tae-yong, tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan pecinta sepak bola Tanah Air. Sejak bergabung pada akhir 2019, pelatih asal Korea Selatan ini telah membawa angin segar dalam penampilan timnas di berbagai level usia. Namun, dalam beberapa waktu terakhir, muncul pertanyaan besar: apakah Shin Tae-yong (STY) sebaiknya bertahan atau hengkang?
Shin Tae-yong membawa banyak perubahan dalam pendekatan terhadap pembinaan dan pola permainan Timnas Indonesia. Salah satu keberhasilannya adalah membawa Timnas U-20 lolos ke Piala Asia U-20 2023 dan mencetak sejarah dengan meloloskan Indonesia ke Piala Asia 2023 setelah absen sejak 2007. Selain itu, ia juga membawa Timnas senior ke final Piala AFF 2020, meskipun akhirnya gagal juara.
Keberhasilan lainnya adalah meningkatkan kebugaran fisik para pemain. Sebelum kedatangannya, masalah stamina sering menjadi kelemahan Timnas. Kini, para pemain mampu bersaing lebih kompetitif melawan tim-tim Asia lainnya.
Shin juga memaksimalkan potensi pemain-pemain muda, seperti Marselino Ferdinan, Rizky Ridho, dan Ramadhan Sananta, yang kini menjadi pilar penting dalam skuad Garuda. Namun, tak semua berjalan mulus. Salah satu kritik terbesar terhadap STY adalah minimnya trofi. Meskipun sering membawa Timnas ke tahap akhir turnamen, gelar juara belum kunjung diraih. Bagi sebagian besar pendukung, hasil akhir adalah segalanya, dan kegagalan meraih kemenangan di beberapa match sebelumnya masih menjadi kekecewaan.
Stay atau Out? Pertanyaan besar ini sebenarnya membutuhkan pandangan jangka panjang. Jika fokusnya adalah pembinaan dan pengembangan pemain muda, STY jelas memiliki nilai lebih. Metode yang ia bawa dapat menjadi fondasi untuk masa depan sepak bola Indonesia. Namun, jika tujuan utamanya adalah hasil instan berupa trofi, mungkin diperlukan evaluasi mendalam terhadap pendekatan strategis STY.
Keputusan mengenai masa depan STY tidak hanya soal hasil di lapangan, tetapi juga visi jangka panjang sepak bola Indonesia. STY berpotensi membawa perubahan besar. Namun, jika harapan trofi menjadi tekanan utama, maka perpisahan mungkin menjadi jalan yang tak terhindarkan. Pilihan "stay" atau "out" bukan sekadar soal performa Shin Tae-yong, tetapi juga soal arah pembangunan sepak bola Indonesia. Keputusan ada di tangan PSSI dan kita sebagai pendukung Garuda. Bagaimana pendapat Anda?
Abdul Jabbar Sukanda
Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Tidak ada komentar
Posting Komentar