Isbroad.com, Bandung - Pengunduran diri Gus Miftah dari posisinya sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama mendapatkan tanggapan langsung dari Presiden Prabowo Subianto. Dalam pernyataannya, Prabowo menyebut langkah tersebut sebagai tindakan ksatria dan bertanggung jawab, mengapresiasi kesadaran Gus Miftah atas dampak ucapan kontroversial yang memicu kritik publik. Pernyataan ini disampaikan di Istana Merdeka, di mana Prabowo juga menegaskan penghargaan pemerintah terhadap keputusan tersebut. Menurutnya, sikap seperti ini menunjukkan integritas seorang pejabat publik yang berani menghadapi konsekuensi dari kesalahannya.
Tanggapan Prabowo ini menggarisbawahi nilai akuntabilitas, yang sesuai dengan teori kepemimpinan transformasional. Menurut James MacGregor Burns (1978), kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang mendorong pemimpin dan pengikutnya untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka sambil membangun kesadaran moral dan pemenuhan nilai bersama. Dalam hal ini, Prabowo menunjukkan kepemimpinan dengan mendukung tindakan Gus Miftah sebagai langkah bertanggung jawab, yang pada akhirnya bertujuan memulihkan kepercayaan publik terhadap pemerintahannya.
Lebih lanjut, teori komunikasi agenda setting dari Maxwell McCombs dan Donald Shaw juga relevan dalam melihat dinamika ini. Media sosial sebagai sarana penyebaran informasi mempercepat sorotan publik terhadap peristiwa ini. Video yang beredar luas tentang candaan Gus Miftah memicu respons tajam dari berbagai pihak. Dalam konteks ini, media memiliki peran penting dalam membentuk fokus perhatian masyarakat pada isu ini, mempengaruhi persepsi dan kritik yang kemudian memicu tanggapan dari pihak pemerintah.
Selain apresiasi atas pengunduran diri ini, Prabowo juga menekankan langkah ke depan untuk mengisi posisi yang kosong dengan masukan dari berbagai pihak, termasuk organisasi keagamaan seperti Majelis Ulama Indonesia. Ini menunjukkan pendekatan inklusif dan demokratis dalam mencari penyelesaian sambil tetap menjaga kesinambungan program-program pemerintah yang berfokus pada kerukunan dan toleransi antarumat beragama.
Melalui pendekatan ini, Prabowo juga mempraktikkan konsep teori kepemimpinan strategis, yang menggabungkan fleksibilitas, empati, dan pengambilan keputusan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat. Dalam hal ini, tanggapan yang bijak dan tidak memicu polarisasi menjadi langkah penting untuk meredakan ketegangan sambil menunjukkan keseriusan dalam memerintah dengan transparansi dan tanggung jawab.
Algina Siti Nurahma
Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Tidak ada komentar
Posting Komentar