Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, pesantren berupaya menjaga tradisi sekaligus bertransformasi agar tetap relevan dengan zaman. mau tidak mau pesantren harus mempunyai inisiasi untuk mengembangkan nilai-nilai budaya modern tanpa harus meninggalkan nilai-nilai budaya klasik.
santri millennial dihadapkan pada teknologi internet yang menjadi dua macam pilihan dalam menggunakannya. Internet akan menjadi hiburan duniawi semata yang bersifat merusak jika tidak memahami cara memanfaatkannya.
Akan tetapi, disisi yang lain internet juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk belajar, bisnis dan dakwah. Menurut data terbaru, lebih dari 75% pesantren di Indonesia telah mulai memanfaatkan teknologi digital dalam sistem pembelajaran mereka. Platform online, aplikasi pembelajaran berbasis mobile, dan digitalisasi kitab kuning kini menjadi hal yang lumrah di beberapa pesantren modern.
"Di era sekarang santri tak hanya dituntut mengaji tapi santri harus melek digitalisasi, yang dulu katanya santri itu kampungan tapi sekarang santri harus bisa Youtubean, Instagraman, bahkan tiktokan, kalau dulu dakwah nya santri kurang efektif maka sekarang santri harus berdakwah melalui konten kreatif," ujar Faiz.
Pesantren dituntut harus memiliki kesiapan dalam menghadapi arus globalisasi atau digitalisasi dan utamanya dalam menjaga kurikulum pesantren. Karena, sampai saat ini pesantren dipercaya oleh masyarakat bahwa mampu berdaptasi dengan perkembangan zaman. Terbukti, bahwa kepercayaan masyarakat tentang kemandirian pesantren dalam pengelolaan pendidikan.
Ke depannya, diharapkan semakin banyak program pemerintah dan swasta yang mendukung penguatan infrastruktur digital bagi pesantren. Dengan begitu, pesantren dapat terus berkembang tanpa kehilangan jati dirinya sebagai benteng moral umat.
Reporter: Fachry Husaeni
Tidak ada komentar
Posting Komentar