Perlunya Pendidikan AI di Sekolah untuk Mencegah Kebiasaan Instan yang Membodohkan Pelajar | Isbroad - Memberi Wawasan Memajukan Peradaban

Perlunya Pendidikan AI di Sekolah untuk Mencegah Kebiasaan Instan yang Membodohkan Pelajar



Isbroad.com, Bandung - Kecerdasan buatan (AI) telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, dengan antusiasme yang besar terhadap teknologi ini. Berdasarkan survei Statista Consumer Insights, 41 persen responden di Indonesia menggunakan AI untuk berbagai kebutuhan. 

Namun, kemudahan yang ditawarkan AI juga menghadirkan tantangan serius, terutama di kalangan pelajar. Salah satu dampak negatif yang muncul adalah penggunaan AI untuk menyelesaikan tugas tanpa memahami substansi isinya. Kebiasaan seperti ini bukan hanya melanggar etika, tetapi juga berpotensi membodohkan generasi muda karena mereka kehilangan esensi dari proses belajar yang sesungguhnya.

Kemampuan AI untuk menyelesaikan tugas dengan cepat sering kali membuat pelajar tergoda untuk menggunakannya sebagai jalan pintas. Alih-alih memahami materi, mereka hanya menyalin hasil dari AI, tanpa berusaha menganalisis atau mempelajari lebih lanjut. Hal ini berbahaya, karena pendidikan seharusnya bertujuan untuk melatih keterampilan berpikir kritis, analitis, dan kreatif. Jika kebiasaan ini dibiarkan, kita tidak hanya menghadapi generasi yang bergantung pada teknologi, tetapi juga generasi yang minim pemahaman mendalam terhadap ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu, pendidikan formal tentang AI sangat diperlukan untuk mengarahkan pelajar agar menggunakan teknologi ini secara bijak. Dalam kurikulum, siswa dapat diajarkan untuk menggunakan AI sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti proses belajar. Misalnya, mereka bisa belajar memanfaatkan AI untuk mencari referensi atau memecahkan masalah, tetapi tetap harus melakukan validasi dan analisis terhadap informasi yang dihasilkan. Pendekatan ini dapat mendorong siswa untuk tetap aktif secara intelektual, sambil memanfaatkan AI sebagai pendukung, bukan jalan pintas.

Lebih dari itu, pendidikan tentang AI juga harus menekankan aspek etika dalam penggunaannya. Pelajar perlu memahami bahwa menggunakan AI tanpa memahami substansi adalah bentuk pelanggaran akademik yang dapat merugikan diri sendiri di masa depan. Dengan menanamkan pemahaman ini sejak dini, sekolah dapat membantu menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas dalam memanfaatkan teknologi, tetapi juga memiliki integritas dalam proses belajar.

Tanpa regulasi dan edukasi yang jelas, AI bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, AI memberikan kemudahan dan akses cepat terhadap informasi, tetapi di sisi lain, bisa merusak pola pikir kritis jika digunakan secara tidak bijak. Misalnya, pelajar yang terbiasa menyelesaikan tugas dengan AI tanpa berusaha memahami isinya akan kesulitan saat harus menjelaskan atau mempraktikkan ilmu tersebut dalam situasi nyata. Dampak jangka panjangnya, generasi muda akan kehilangan kemampuan untuk berpikir mandiri dan berinovasi.

Dengan memasukkan pembelajaran tentang AI ke dalam pendidikan formal, sekolah dapat menjadi benteng pertama untuk mencegah penyalahgunaan teknologi ini. Langkah ini bukan hanya soal meningkatkan literasi digital, tetapi juga memastikan bahwa pelajar memahami tanggung jawab mereka dalam menggunakan teknologi. AI adalah alat yang kuat, tetapi tanpa panduan yang tepat, ia bisa menjadi alat yang justru melemahkan potensi intelektual. Sudah saatnya kita mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi era teknologi dengan cara yang cerdas dan bermartabat.

Edi Suprapto
Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

ⓒ all rights reserved Isbroad KPI 2024