Isbroad.com, Bandung - Animo suporter terhadap BRI Liga 1 belakangan ini mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini terlihat dari menurunnya jumlah penonton yang hadir di dalam stadion. Fenomena ini menjadi perhatian serius bagi semua pihak yang terlibat dalam industri sepak bola Indonesia.
Salah satu faktor utama penurunan ini adalah kualitas pertandingan yang dianggap stagnan oleh banyak penggemar. Meski beberapa tim besar tetap konsisten menunjukkan performa, banyak pertandingan yang dinilai monoton, minim kreativitas, dan tidak memberikan hiburan maksimal bagi penonton. Selain itu, jadwal pertandingan yang kurang ideal, seperti laga di hari kerja dengan waktu yang sulit dijangkau suporter, turut menyumbang rendahnya kehadiran di stadion.
Selain faktor kualitas pertandingan, salah satu penyebab utama penurunan ini adalah larangan suporter untuk mendukung tim kesayangannya di laga tandang (away). Larangan ini, yang diterapkan untuk alasan keamanan, telah memengaruhi atmosfer kompetisi yang selama ini menjadi daya tarik utama sepak bola nasional.
Larangan away membuat suporter kehilangan kesempatan untuk memberikan dukungan langsung kepada tim mereka di laga tandang. Tradisi mendukung tim di stadion lawan bukan sekadar bagian dari loyalitas, tetapi juga merupakan bentuk identitas komunitas yang mempererat solidaritas di antara suporter. Ketika tradisi ini terputus, semangat dan kebanggaan mendukung tim pun melemah.
Bagi para pemain, keberadaan suporter tandang juga memberikan motivasi tambahan. Tanpa dukungan dari tribun tandang, atmosfer stadion menjadi kurang berwarna, bahkan sering kali terasa sepi. Hal ini berimbas pada kualitas pertandingan yang kurang menggugah emosi penonton, baik yang hadir di stadion maupun yang menyaksikan melalui layar kaca.
Di sisi lain, larangan ini juga memukul komunitas suporter secara finansial dan emosional. Banyak komunitas yang sebelumnya mengandalkan perjalanan away sebagai momen untuk mempererat hubungan antaranggota kini kehilangan alasan untuk berkumpul. Aktivitas komunitas pun menurun, dan perlahan, rasa kebersamaan yang menjadi ciri khas mereka mulai memudar.
Mengapa Larangan Away Perlu Dievaluasi?
Larangan away awalnya diterapkan untuk menghindari bentrokan antar-suporter, terutama setelah sejumlah insiden kekerasan di stadion. Namun, solusi ini hanya mengatasi gejala tanpa menyelesaikan akar masalah. Tanpa edukasi dan upaya membangun budaya suporter yang positif, larangan ini justru menghilangkan salah satu esensi dari sepak bola itu sendiri.
Negara-negara lain telah membuktikan bahwa rivalitas suporter dapat dikelola dengan baik melalui pendekatan yang komprehensif. Misalnya, dengan meningkatkan pengawasan keamanan, memfasilitasi transportasi khusus untuk suporter tandang, serta mengedukasi komunitas suporter tentang pentingnya fair play dan penghormatan terhadap rival.
Sepak Bola untuk Semua
Sepak bola Indonesia memiliki potensi besar untuk menyatukan bangsa, tetapi hal ini hanya dapat terwujud jika seluruh elemen sepak bola, termasuk suporter, mendapatkan ruang untuk berpartisipasi secara aktif. Larangan away yang berkepanjangan hanya akan mematikan gairah suporter dan membuat stadion kehilangan nyawanya.
Dengan pendekatan yang lebih inklusif dan inovatif, PSSI dapat mengembalikan atmosfer kompetisi yang semarak dan menarik lebih banyak penonton untuk mendukung liga domestik. Menurunnya animo suporter ini harus menjadi momentum bagi sepak bola Indonesia untuk berbenah dan menciptakan masa depan yang lebih baik.
Abdul Jabbar Sukanda
Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Tidak ada komentar
Posting Komentar