Isbroad.com, Bandung - Di tengah Kota Bandung yang penuh warna, komunitas Guriang berdiri sebagai penjaga sekaligus penggerak warisan budaya Sunda melalui angklung.
Bukan sekadar kelompok musik biasa, Guriang adalah komunitas angklung pertama di Indonesia yang bernaung di bawah sebuah museum, tepatnya di bawah Museum Konferensi Asia Afrika (SMKAA).
Komunitas ini berdiri sejak tahun 2011 dan tidak hanya tempat berkumpulnya para pecinta angklung, tetapi juga menjadi wadah bagi para pemuda, baik dari dalam maupun luar negeri untuk belajar dan melestarikan alat musik tradisional khas Jawa Barat ini.
Keunikan Guriang terletak pada keterbukaan anggotanya. Siapapun dapat menjadi anggota klub Guriang, tanpa memandang latar belakang atau pengalaman bermusik sebelumnya.
Keunikan Guriang terletak pada keterbukaan anggotanya. Siapapun dapat menjadi anggota klub Guriang, tanpa memandang latar belakang atau pengalaman bermusik sebelumnya.
Syarat utama bergabung hanyalah niat, kemauan, dan komitmen untuk aktif selama satu tahun penuh. Seleksi anggota dilakukan melalui wawancara, yang tidak hanya menilai minat pada angklung, tetapi juga menggali pengetahuan tentang Museum Konferensi Asia Afrika.
Setiap anggota diajak tak hanya untuk memainkan angklung, tetapi juga untuk menghayati sejarah yang terkandung dalam setiap nada yang dimainkan, sebagai penghormatan terhadap peran besar Indonesia di panggung Asia Afrika.
Ananda, selaku pengurus klub Guriang mengungkapkan, dalam pertemuan mingguan, Guriang tak hanya belajar teknik memainkan angklung tetapi juga mengeksplorasi lagu-lagu dari berbagai budaya. Anggota komunitas dilatih untuk mengharmonisasikan alunan bambu dalam berbagai melodi, mulai dari lagu-lagu tradisional Sunda hingga komposisi modern.
Ketika menghadapi acara besar, latihan intensif dilakukan agar penampilan mereka bisa menyampaikan pesan yang dalam dan memukau para penonton, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.
Guriang aktif dalam berbagai acara yang diselenggarakan oleh Museum Konferensi Asia Afrika, termasuk dalam perayaan Milangkala Museum dan peringatan Konferensi Asia Afrika, yang dihadiri oleh tamu-tamu penting dari berbagai negara.
Guriang aktif dalam berbagai acara yang diselenggarakan oleh Museum Konferensi Asia Afrika, termasuk dalam perayaan Milangkala Museum dan peringatan Konferensi Asia Afrika, yang dihadiri oleh tamu-tamu penting dari berbagai negara.
Dalam setiap penampilannya, Guriang tak hanya membawakan lagu-lagu khas Jawa Barat tetapi juga memainkan musik dari negara-negara lain sebagai simbol kerukunan dan persahabatan.
Penampilan mereka bukan hanya hiburan, tetapi juga menjadi pengingat bahwa musik tradisional memiliki kekuatan untuk menyatukan lintas bangsa dan budaya.
Sebagai komunitas yang lahir dari semangat pelestarian budaya, Guriang terus berupaya untuk menarik minat generasi muda agar bangga dengan warisan budaya mereka sendiri.
Sebagai komunitas yang lahir dari semangat pelestarian budaya, Guriang terus berupaya untuk menarik minat generasi muda agar bangga dengan warisan budaya mereka sendiri.
Melalui program-program yang terbuka bagi pelajar mancanegara dan masyarakat Bandung, Guriang menunjukkan bahwa angklung bukan sekadar alat musik, melainkan medium untuk menyampaikan pesan persatuan dan keharmonisan.
"Di tengah gempuran musik pop sekarang, kami berusaha untuk terus mengupayakan dan melestarikan adanya musik angklung sebagai warisan budaya. Jadi pendekatan yang kita lakukan agar angklung tetap eksis di era saat ini adalah kami tidak hanya belajar untuk lagu tradisional, tetapi kami juga belajar untuk aransemen musik lagu modern dari angklung, seperti lagu HiVi dan lagu-lagu Barat populer," ucap Ananda.
Komunitas Guriang adalah bukti bahwa warisan budaya dapat berkembang dengan cara adaptif. Bagi anggotanya, Guriang bukan hanya tempat belajar musik, tetapi juga tempat untuk menggali nilai-nilai budaya dan sejarah yang akan terus mereka jaga dan lestarikan.
"Di tengah gempuran musik pop sekarang, kami berusaha untuk terus mengupayakan dan melestarikan adanya musik angklung sebagai warisan budaya. Jadi pendekatan yang kita lakukan agar angklung tetap eksis di era saat ini adalah kami tidak hanya belajar untuk lagu tradisional, tetapi kami juga belajar untuk aransemen musik lagu modern dari angklung, seperti lagu HiVi dan lagu-lagu Barat populer," ucap Ananda.
Komunitas Guriang adalah bukti bahwa warisan budaya dapat berkembang dengan cara adaptif. Bagi anggotanya, Guriang bukan hanya tempat belajar musik, tetapi juga tempat untuk menggali nilai-nilai budaya dan sejarah yang akan terus mereka jaga dan lestarikan.
Bagi Bandung, keberadaan Guriang menjadi pengingat akan pentingnya merawat identitas lokal, sementara bagi dunia, Guriang adalah contoh nyata dari indahnya budaya Indonesia yang siap dibagikan kepada siapapun yang tertarik dan mencintainya.
Reporter: Esa Mafatihurrahmah
Reporter: Esa Mafatihurrahmah
Tidak ada komentar
Posting Komentar