Fenomena Disetir FYP TikTok: Kapan Kita Bisa Berkata Ya untuk Diri Sendiri? | Isbroad - Memberi Wawasan Memajukan Peradaban

Fenomena Disetir FYP TikTok: Kapan Kita Bisa Berkata Ya untuk Diri Sendiri?

Isbroad.com, Bandung - TikTok telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Gen-Z di Indonesia. Dengan pengguna yang mencapai 127 juta orang, platform ini membuktikan pengaruhnya sebagai salah satu medium sosial paling dominan. Namun, di balik layar hiburan, TikTok menyimpan fenomena menarik yang kerap disebut sebagai "disetir FYP." Artinya, banyak pengguna merasa pikirannya dipengaruhi atau diarahkan oleh algoritma konten yang muncul di halaman For You Page (FYP). Lantas, bagaimana kita memahami fenomena ini?

Algoritma TikTok bekerja seperti "kompas sosial" yang menentukan apa yang mungkin kita lihat dan pikirkan. Ketika sebuah video tentang "3 ciri hubungan toxic" viral, misalnya, nilai-nilai yang disampaikan oleh kreator dengan mudah diserap dan dijadikan standar oleh penontonnya. Tak peduli apakah argumen tersebut kuat atau lemah, kesepakatan massa di kolom komentar menjadi bukti bahwa nilai itu diterima secara luas.

Fenomena ini mengingatkan kita pada konsep determinisme. Dalam hal ini, determinisme sosial adalah bagaimana manusia cenderung memutuskan sesuatu berdasarkan pengaruh luar, bukan berdasarkan kemerdekaan pikirannya sendiri. Nietzsche menyebutnya sebagai moralitas budak—ketika seseorang tunduk pada nilai yang ditentukan oleh pihak lain, alih-alih menciptakan nilai-nilainya sendiri.

Nietzsche percaya bahwa manusia ideal adalah Ãœbermensch—individu yang mampu hidup dengan moralitas tuan, yaitu keberanian untuk menentukan jalannya sendiri tanpa terpengaruh tekanan eksternal. Dalam prosesnya, manusia harus melewati tiga fase: onta, singa, dan anak. Fase onta melambangkan kepatuhan dan penerimaan, singa mewakili keberanian untuk melawan norma, sementara anak adalah simbol kreativitas dan kebebasan sejati.

Gen-Z yang "disetir" oleh FYP TikTok tampaknya masih berada di tahap onta. Mereka mengonsumsi konten tanpa banyak bertanya, menerima nilai-nilai yang disajikan oleh kreator tanpa kritik, bahkan takut untuk berbeda karena dorongan Fear of Missing Out (FOMO). Padahal, untuk mencapai kebebasan sejati, mereka perlu menjadi seperti singa yang berani mempertanyakan dan melawan arus, dan akhirnya seperti anak yang menciptakan dunia sesuai kehendak mereka sendiri.

Fenomena TikTok ini menimbulkan pertanyaan penting: apakah kita benar-benar hidup sebagai individu yang bebas? Nietzsche mungkin akan menjawab bahwa kebebasan sejati hanya bisa dicapai ketika kita berani berkata "ya" pada diri sendiri dan "tidak" pada nilai-nilai yang tidak sesuai dengan prinsip pribadi kita.

Namun, tantangan ini tidak mudah. Di era digital, algoritma menjadi kekuatan yang hampir tak terlihat tetapi sangat berpengaruh. Dalam pandangan Noam Chomsky, media adalah alat propaganda yang ampuh. TikTok, dengan para kreatornya, menjadi mesin propaganda yang menentukan nilai-nilai moral modern. Yang membedakannya adalah siapa subjek propagandanya: bukan korporasi besar, melainkan individu kreator yang sering kali juga disetir algoritma.

Tidak ada yang salah dengan menggunakan TikTok sebagai sumber hiburan atau inspirasi. Namun, penting bagi kita untuk mempertanyakan apakah keputusan yang kita ambil benar-benar datang dari keinginan pribadi atau hanya karena pengaruh luar. Apakah kita sedang hidup sebagai onta yang mematuhi beban sosial, atau singa yang berani menentang arus, atau sudah menjadi anak yang menciptakan nilai-nilai baru?

Fenomena "disetir FYP TikTok" adalah cermin dari bagaimana teknologi mempengaruhi kita. Nietzsche mengingatkan bahwa kebebasan bukan hanya soal melawan, tetapi menciptakan. Jadi, kapan terakhir kali kita benar-benar mengatakan "ya" untuk diri sendiri? Sebuah pertanyaan sederhana, namun jawabannya bisa menentukan apakah kita hidup sebagai manusia bebas atau sekadar produk algoritma.

Defi Selfia
Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Tidak ada komentar

Posting Komentar

ⓒ all rights reserved Isbroad KPI 2024