Dwi Purwati, Sosok Inspiratif Seorang Kader PKK dan Pendiri PAUD | Isbroad - Memberi Wawasan Memajukan Peradaban

Dwi Purwati, Sosok Inspiratif Seorang Kader PKK dan Pendiri PAUD

Isbroad.com, Bandung - Di sebuah rumah yang masih sangat sederhana dengan bangunan rumah khas tahun 90an, tinggal seorang perempuan penuh semangat dan ambisi yang tinggi untuk membantu sesama, Ibu Dwi Purwati (64) yang akrab oleh warga sekitar dengan panggilan Emak Eneh, yang telah mengabdikan dirinya sebagai kader PKK sejak tahun 1989. Tidak hanya itu, sejak tahun 1999, beliau juga mendirikan PAUD dengan harapan membantu mencerdaskan anak bangsa.

Sudah berjalan hampir 35 tahun Ibu Dwi ikut andil dalam kegiatan-kegiatan di PKK. Beliau termasuk ke dalam POKJA (Kelompok Kerja) 4 yang bergerak di bidang kesehatan, seperti posyandu. Hal yang mendorong beliau terus menjadi kader PKK tidak lain hanya rasa ingin membantunya yang kuat pada warga. 

"Awalnya dulu daerah ini masih sepi, masih kampung tahun segitu teh, masih belum ada listrik, pokoknya masih kampung aja. Nah awalnya kalau posyandu itu udah ada kan ya, begitu nimbang anak pas tahun 1989 itu, Emak melihat partisipasi warga dalam membantu pemerintahan kok masih kurang gitu. Darisitulah terdorong untuk membantu, terus deh sampai sekarang," ujar Ibu Dwi.

Sebagai kader PKK yang menjabat selama 35 tahun yang mengurusi di bidang kesehatan, kelestarian lingkungan, dan pendidikan. Beberapa tantangan dirasakan oleh Ibu Dwi, terutama karena perkembangan teknologi dan perubahan sikap sosial. Karena beliau merupakan kader PKK terlama, beliau merasakan beberapa perbedaan lingkungan PKK yang dulu dan sekarang.

"Dulu gotong royong itu luar biasa. Kita jalan kaki bareng-bareng ke tempat kegiatan itu seru. Kayak yaudah jalanin aja kita bareng-bareng. Sekarang udah beda, ada uang, kadang-kadang jadi ada sedikit kecemburuan sosial," ujarnya sambil mengingat masa-masa awal aktif di PKK.

Selain aktif di PKK, Ibu Dwi juga mendirikan PAUD yang kegiatan pengajarannya dilakukan di rumahnya yang cukup sederhana yang hingga kini masih terus aktif dijalaninya. Dan kini murid-murid yang bersekolah disana sudah memasuki Angkatan ke-25. Jarak Taman Kanak-Kanak yang cukup jauh dari daerahnya pada tahun 1999 kala itu dan keinginannya membantu anak-anak sekitar mendapatkan pendidikan dasar, menjadi alasan beliau berjuang mendirikan PAUD pada saat itu. 

Ibu Dwi mengaku, meski beliau hanya lulusan SMP, beliau tidak pernah menyerah. Ketika saat itu keluar keputusan pemerintah bahwa pendidikan minimal seorang pendidik adalah tingkat SMA, Ibu Dwi berniat mengembalikan keputusan kepada pemerintah, karena menurutnya, bagaimanapun keputusan pemerintah dibuat pasti dengan alasan yang baik.

"Emak dulu pernah datang ke dinas pendidikan, dan Emak bilang kesana, kalau mau ditutup nggak apa-apa, karena saya hanya lulusan SMP. Tapi mereka bilang jangan, ngga apa-apa, karena memang disini Emak hanya ingin membantu," kenang Ibu Dwi. Dan pada akhirnya, PAUD yang didirikannya masih tetap berjalan hingga saat ini. Bahkan jumlah murid yang diajar oleh Ibu Dwi dan tiga guru lainnya bisa mencapai 50-60 anak.

Meski fasilitas yang dimilikinya terbatas, Ibu Dwi tetap semangat memberikan pengajaran kepada murid-muridnya. Beliau juga menjelaskan bahwa orang tua yang mengirim anak-anaknya untuk belajar disana hanya perlu membayar sebesar Rp.18.000,00 per bulannya. Dan hasil dari pembayaran tersebut juga akan dibagi kepada guru-guru lainnya yang membantu. Sisanya oleh beliau dialokasikan untuk membeli kebutuhan peralatan, seperti spidol, penghapus papan tulis, serta membayar listrik untuk kebutuhan penerangan saat kegiatan mengajar.

Selama masa pandemi, Ibu Dwi juga tidak menyerah memberikan pengetahuan kepada murid-muridnya. Pembelajaran tetap berjalan, bahkan di tempat-tempat tak biasa. "Kami pernah belajar di area pembangunan Al-Jabbar, bawa payung dan ngampar dengan jarak satu meter. Saya pakai toa buat ngajarin," cerita Ibu Dwi sambil tertawa kecil.

Tahun ini, Ibu Dwi sudah menginjak usia 64 tahun. Meski sudah memasuki usia senja, beliau tetap aktif dan semangat ikut dan melakukan kegiatan-kegiatan, baik kegiatan dari PKK, PAUD, organisasi Sahabat Lansia, dan lainnya. Beliau mengaku masih kuat dan ingin terus aktif di berbagai kegiatan.

"Cuman kalau soal aktifnya, karena sudah mandarah daging ya ini aktifnya, paling nanti ikut lagi di lain tempat atau organisasi, kayak di Lembaga Lansia atau Sahabat Lansia, gitu aja. Ya tetap bergerak aja," ujar Ibu Dwi.

Ibu Dwi juga menyelipkan harapan kecilnya. Beliau ingin agar masyarakat lebih memahami pentingnya pendidikan dan kesehatan. Beliau juga berharap masyarakat dapat mengerti dengan apa yang diprogramkan oleh pemerintah, terutama dalam hal pendidikan anak. Beliau tidak ingin anak-anak Indonesia tidak mendapatkan pendidikan. Semua anak harus mendapatkan pendidikan yang layak untuk berguna bagi bangsa dan negara.

Tak lupa, Ibu Dwi juga memberikan pesan semangat kepada para kader PKK lainnya. "Semangat terus, apapun halangannya. Kalau hatinya sudah mau bantu, Insya Allah semuanya jadi lebih gampang," tutup Ibu Dwi dengan senyum kecilnya.

Reporter: Asy Syifa Nurul Iqomah

Tidak ada komentar

Posting Komentar

ⓒ all rights reserved Isbroad KPI 2024