Sudah Benarkah Bacaan Salat Kita? Kajian Bersama Abi Amir dan Syaikh Thyazen di Masjid Raya Al Jabbar | Isbroad - Memberi Wawasan Memajukan Peradaban

Sudah Benarkah Bacaan Salat Kita? Kajian Bersama Abi Amir dan Syaikh Thyazen di Masjid Raya Al Jabbar

Isbroad.com, Bandung – Majelis Taklim Insan Kamil mengadakan kajian di Masjid Raya Al Jabbar dengan mengundang Dr. Amir Faishol Fath dan Syaikh Thyazen AlHakimi. Kajian ini mengangkat tema seputar bacaan shalat, yang diajarkan langsung oleh Syaikh Thyazen Al-Hakim pada Minggu, (13/10/24).

Setiap minggunya Masjid Raya Al-Jabbar selalu mengadakan acara-acara kajian, yang dalam pelaksanaannya diatur oleh panitia yang sudah dijadwalkan. Khory, selaku panitia pelaksana juga menuturkan, Majelis Taklim Insan Kamil mendapat jadwal menjadi ketua pelaksana di minggu kedua setiap bulannya, panitia acara diisi oleh ibu-ibu jemaah majelis taklim dengan tugas yang berbeda-beda. Acara kajian ini dilaksanakan mulai dari pukul 08.00-11.00 WIB.

Acara ini diawali dengan pembacaan surat Yasin ayat 55-70, oleh Syaikh Thyazen AlHakimi. Pentingnya salat bagi umat muslim juga ikut dijelaskan oleh Syaikh Thyazen. Ia menerangkan bahwa perjanjian dari Allah Swt. kepada manusia adalah Islam. Maka secara otomatis orang yang beragama Islam wajib melaksanakan salat, karena jika tidak melaksanakan salat maka kita sudah keluar dari agama Islam. 

"Barangsiapa yang meninggalkan shalat, itu termasuk kafir menurut Rasulullah saw. Tapi insyaallah mungkin Abi Amir akan menjelaskan kufur di sini itu artinya apa, kufrun billah atau kufrun ni'mat, karena ada banyak problema terkait kufur. Tapi yang harus kita ketahui di sini, bahwasanya kiat yg paling utama di dalam agama islam, ialah salat. Asshalatu 'imaaduddin," jelas Syaikh Thzyazen.

Asshalatu 'imaaduddin disini menjelaskan bahwa salat merupakan tiang agama. Dalam pernyataan ini, bisa diibaratkan seperti halnya tiang-tiang pada bangunan yang menopang berdirinya suatu bangunan dengan kokoh. Apabila satu tiang saja dihancurkan, maka bangunan tersebut juga akan hancur. Hal ini akan terjadi juga pada agama, yakni berkenaan dengan salat. Jika salat dalam kehidupan umat muslim berantakan atau hancur, maka akan hancur pula agama Islam seseorang.

Abi Amir menerangkan bahwa hidup itu harus selalu positif, karena jika bangun di pagi hari dengan rasa kesal maka sudah pasti semua persoalan pada hari itu akan menjadi masalah. Lain halnya jika kita bangun pagi dengan perasaan senang dan semangat, walaupun pada saat itu masih mempunyai hutang tapi jika kita yakin mampu membayarnya, dan kita yakin bahwa Allah Maha Kaya, niscaya pada hari itu dan seterusnya insyaallah kita akan tenang dan bahagia.

Kembali kepada pemaknaan kalimat Kafir. Istilah kafir memiliki makna yang kompleks. Seperti halnya pada pemaknaan kufrun ni'mat dan kufrun billah. Apabila seseorang tidak mengucapkan kalimat syahadatain, maka dia termasuk kepada kufrun billah. Tetapi apabila seorang muslimah tidak menutup aurat atau seorang muslim tidak mengerjakan shalat karena malas, maka dia termasuk kepada kufrun ni'mat. Jika tidak mengerjakan salat karena mengingkarinya maka itu termasuk kufrun billah, karena salat adalah kewajiban kita terhadap Allah.

"Jangan main-main dengan masalah salat. kita ini tak ada gunanya kalau tidak salat. Karena kata nabi, salat adalah sebuah perjanjian dan bukti bahwa perbedaan kita dengan agama lain adalah salat. Kalau kita tidak mengerjakan salat, maka itu tandanya kita tidak mau mengikuti ajaran Islam. Kenapa? karena Islam itu intinya di salat, nanti yang pertama-tama di hisab di hari kiamat adalah salat,"  jelas Abi Amir.

Hal yang paling penting saat kita membacakan bacaan-bacaan salat seperti tasbih, selawat, itu pelafalan dalam tajwidnya harus sesuai. seperti dalam bacaan الحمدلله alhamdulillah. الحمد itu artinya segala puji bagi Allah. Tetapi apabila kita melafalkannya bukan الحمد  melainkan 'الهمد maka itu artinya juga akan berbeda, artinya akan menjadi, kehancuran bagi Allah.

"Setiap kita berdoa itu pasti kita selalu melafalkan رَبّÙŠ atau ربّ النّاس Tetapi yang salah itu apabila kita melafalkannya tidak menggunakan ghunnah. Pelafalan ghunnah itu harus ditekan 2 harokat. Dan dalam kata رَبّÙŠ yang memiliki arti 'Tuhanku', apabila kita malah membacanya ر Ù…ّÙŠ itu sudah berbeda artinya, artinya menjadi 'kotoran atau bangkai', astaghfirullah. Maka dari itu, saat kita membaca doa, maka membacanya harus benar. kita berusaha menyempurnakan bacaan kita di dalam beribadah kepada Allah swt., terutama di dalam salat, supaya saat kita membacakannya, kita dapat pahalanya," jelas Syaikh Thyazen.

Banyak jemaah yang antusias untuk menghadiri acara kajian ini, mulai dari ibu-ibu dari berbagai Majelis Taklim, bapak-bapak, hingga jemaah mandiri. Para jemaah berharap untuk kedepannya kajian di Masjid Raya Al Jabbar ini bisa menghadirkan narasumber serta tema yang menarik.

Reporter: Defi Selfia


Tidak ada komentar

Posting Komentar

ⓒ all rights reserved Isbroad KPI 2024