Isbroad.com, Bandung - Yoyon Darsono adalah sosok yang menjalani kehidupan seperti aliran sungai yang tak pernah berhenti, mengalir membawa warisan budaya yang tak ternilai.
Sebagai seorang dosen di Fakultas Seni Pertunjukan ISBI Bandung, ia mengajarkan lebih dari sekadar teori musik tradisional kepada mahasiswanya.
Setiap nada yang ia mainkan, setiap gerakan tangan dalam mengajarkan angklung dan karawitan, adalah sebuah doa dan upaya untuk melestarikan tradisi yang telah ada jauh sebelum waktu merangkai sejarah.
Namun, di luar tembok-tembok kampus, Yoyon adalah seorang pelita yang menyinari dunia dengan keindahan seni. Ia tak hanya mengajarkan kesenian di ruang kelas, tetapi juga di panggung dunia.
Komunitas yang ia pimpin, Komstrad, bukan sekadar sanggar seni biasa. Komstrad adalah jantung yang berdetak bagi seni tradisional, tempat di mana jiwa-jiwa yang mencintai kebudayaan berkumpul dan menari dalam irama yang tak pernah padam. Bagaikan sebatang pohon yang akarnya mencengkeram kuat di tanah Sunda, Yoyon menebarkan dahan-dahannya hingga ke panggung internasional.
Di bawah bimbingannya, Komstrad tidak hanya menjadi utusan kebudayaan Indonesia di negeri sendiri, tetapi juga di luar negeri. Melalui pertunjukan seni karawitan yang memesona, mereka membawa diplomasi budaya, mengangkat nama Indonesia di antara ratusan bangsa lainnya.
Sanggar Seni Komstrad adalah sebuah oase bagi mereka yang haus akan seni. Setiap hari Sabtu, saat mentari berada di puncak langit, anak-anak, remaja, hingga orang dewasa berkumpul untuk mempelajari gamelan.
Yoyon, dengan dedikasi tanpa pamrih, membuka pintu bagi siapa saja yang ingin merasakan kedalaman budaya ini. Seperti rempak seeng yang ia ciptakan, gabungan antara seeng dan bonang.
Karya Yoyon tidak hanya terbatas pada alat musik tradisional. Dalam dunia pencak silat dan jaipongan, ia juga membawa seni-seni ini ke panggung internasional, menjadikan mereka bintang dalam acara-acara UNESCO. Di tengah gemuruh tepuk tangan dari berbagai negara, Yoyon berdiri dengan bangga, membawa pencak silat diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO.
Bagi Yoyon, setiap ketukan kendang, setiap tarikan suling adalah suara jiwa. Ia percaya bahwa budaya adalah jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan, dan di atas jembatan itu, ia berjalan dengan mantap, membawa serta generasi muda yang perlahan-lahan dia ajari untuk menghargai warisan yang mereka miliki.
Yoyon Darsono bukan hanya seorang seniman. Ia adalah seorang penjaga, seorang penggembala yang dengan penuh cinta menjaga agar warisan budaya tidak hilang tertelan zaman.
Di setiap senandungnya, tersimpan harapan agar generasi muda tidak hanya mendengar, tetapi juga merasakan getaran seni yang telah diwariskan dari nenek moyang mereka.
Dalam semangat yang ia tanamkan, ada kepercayaan bahwa tradisi tidak akan pernah benar-benar mati, selama masih ada hati yang bersedia mendengarkan.
Reporter: Fadhil Fadhlur Rahman
Tidak ada komentar
Posting Komentar