Isbroad.com, Bandung - Ustaz Legiman Muadz terlahir sebagai anak ke-6 dari pasangan Wagiyo-Satimah. Sampai suatu siang tahun 1960-an, roda baja kereta minyak pertamina yang meluncur pelan dari arah timur mendekati stasiun Cikudapateuh, Kosambi, melindas jari-jari mungil di kaki kanan Maman.
Bukan keretanya yang salah, tapi Ustaz Legiman yang nekad meniru kakaknya, Edi Djunaedi, bergelayut di tangga tangki kereta, sekedar memperpendek jarak ke tempat tujuan mereka, sebuah bengkel khusus pengasah pisau, masih di wilayah Kosambi, Bandung.
Persendian kaki kanan dia, mulai mata kaki hingga alasnya, pun harus diamputasi. Itu dilakukan untuk mencegah pambusukan luka, sehingga akan bertambah ukuran kaki yang harus dikurangi.
Saat itu Ustaz Legiman baru kelas 1 SD. Setelah operasi amputasi selesai, Ustaz Legiman kembali ke sekolah, dengan 2 (dua) tongkat menopang langkah kaki dia. Kondisi fisik yang berbeda seperti itu, tentu mengundang perhatian. Maman pun jadi tontonan teman-teman satu sekolahan.
Pulang ke rumah di bilangan Cukang Jati, Bandung, Maman mengeluh. Ia tak mau sekolah lagi, karena malu menjadi objek tontonan teman-teman.
Sang ayah, Wagiyo, segera merespon. Dicarinya informasi mengenai pengadaan kaki palsu bagi anak-anak. Hasilnya nihil, bahkan sampai ke YPAC Solo, pusat pembuatan kaki palsu waktu itu, pencarian dilakukan. Yang tersedia hanyala kaki-kaki palsu ukuran dewasa. Kalaupun bisa pesan, harganya melangit, tak terjangkau.
Sebelum pulang, Wagiyo yang bekerja sebagai teknisi mesin di Pindad, Bandung, minta pada pimpinan di YPAC Solo, untuk sekedar menunjukkan proses pembuatan kaki palsu itu sendiri. Ternyata, tak sesulit yang ia bayangkan. Singkat cerita, Wagiyo pun berkreasi membuat kaki palsu untuk Ustaz Legiman, sebisa dia. Jadilah, sebuah kaki kanan buatan, spesial buat Ustaz Legiman. Bahannya alumunium, yang kemudian dibentuk sesuai ukuran yang dibutuhkan.
Sejak itu, percaya diri Ustaz Legiman pulih. Bukan menjadi lebih pendiam, Ustaz Legiman berubah lincah dan atraktif. Bermandi lumpur di tengah sawah, menjadi santapan rutin dia jika tengah bermain bersama teman-teman satu Kampung.
Beranjak remaja, Ustaz Legiman kian aktif. Prestasi sebagai bintang pelajar ia toreh di bangku SMP PGRI Bandung. Di SMA pun, prestasi Maman tak terbendung. Selain ketertarikanya di dunia ilmu-ilmu pasti, semacam matematika, Maman juga tertarik berorganisasi.
Dari sini, kisah pengembaraan Ustaz Legiman mecari kebenaran boleh dibilang mulai berjalan. Ia aktif di Rohis dan Pengajian Pemuda Islam (PPI) SMA Filial (pemekaran SMA 3, sekarang SMA 12 Bandung). Selain itu beliau juga aktif di Pemuda Istiqomah, Masjid Istiqomah, Bandung.
Reporter: Abdurrahman Azfa Naufal
Tidak ada komentar
Posting Komentar