Dadang Darum, Penjaga Warisan Leluhur di Perguruan Satria Muda Indonesia Derwati | Isbroad - Memberi Wawasan Memajukan Peradaban

Dadang Darum, Penjaga Warisan Leluhur di Perguruan Satria Muda Indonesia Derwati


Isbroad.com, Bandung - Di tengah hiruk-pikuk modernisasi, ada satu hal yang terus dijaga oleh Dadang Darum, yaitu tradisi pencak silat. Sebagai pengurus Perguruan Pencak Silat Satria Muda Indonesia unit Derwati, Dadang adalah sosok yang tak kenal lelah menjaga dan melestarikan seni bela diri warisan leluhur satu ini.

Dadang Darum(47) , telah berkecimpung dalam dunia pencak silat sejak ia masih remaja. "Dari kecil, saya sudah mengenal pencak silat. Bapak saya seorang pesilat, jadi semacam warisan keluarga gitu," ujar Dadang ketika ditemui di padepokan tempat ia biasa melatih murid-muridnya pada Jum'at (18/10/24). 

Sejak pertama kali terjun ke dalam dunia pencak silat, Dadang langsung menyukainya, bukan hanya pada gerakan-gerakan silat yang menurutnya indah, tetapi juga pada filosofi dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.

Sebagai pengurus di unit Derwati, Dadang tak hanya bertugas mengelola perguruan ini. Ia juga turun langsung melatih para muridnya, baik anak-anak maupun remaja. 

"Bagi saya, silat bukan hanya soal pertarungan fisik, tapi juga cara kita mengendalikan diri dan menghormati lawan. Itu yang saya tekankan kepada setiap murid disini," jelas Dadang.

Di bawah bimbingan Dadang, perguruan Satria Muda Indonesia di Derwati telah berkembang cukup pesat. Awalnya hanya beberapa orang yang ikut latihan, tapi kini jumlah anggota semakin banyak bertambah, termasuk anak-anak yang tertarik mempelajari seni bela diri tradisional. Dadang percaya, mengajarkan pencak silat kepada generasi muda adalah salah satu cara untuk menjaga identitas budaya bangsa.

Beliau menyampaikan bahwa anak-anak sekarang sudah banyak yang terpapar budaya asing. Jadi dia ingin mereka tetap mengetahui dan bangga dengan pencak silat, seni bela diri asli kita.

Perjalanan Dadang sebagai pengurus tak selalu mulus. Tantangan datang mulai dari kurangnya fasilitas dan pendanaan untuk pengembangan perguruan. Namun, hal itu tak membuat Dadang gentar. Beliau menyampaikan bahwa selama masih ada kemauan, ia akan terus berlatih. Tempat tidak harus mewah, yang penting semangat didalamnya.

Salah satu hal yang membedakan Dadang dari pengurus perguruan lainnya adalah pendekatannya yang lebih personal terhadap murid-muridnya. Ia mengenal setiap murid, memahami latar belakang mereka juga memperlakukan mereka seperti keluarga. Beliau selalu menekankan kepada murid-muridnya, bahwa disana mereka tidak sekedar belajar bela diri, tapi juga belajar tentang kehidupan. Pencak silat itu bisa menjadi cerminan hidup. Kita harus siap menghadapi setiap tantangan dengan tenang dan bijak. 

Dadang juga sering melibatkan perguruannya dalam berbagai kegiatan sosial dan budaya di daerah Derwati. Baginya, pencak silat bukan sekadar olahraga, tapi juga sarana untuk membangun kebersamaan dan gotong royong di masyarakat. Hal ini membuat perguruan Satria Muda Indonesia Derwati semakin dikenal dan dihormati oleh warga setempat.

Kini, di usianya yang sudah matang, Dadang Darum tetap setia mengabdikan hidupnya untuk pencak silat. Meski ia tak lagi sekuat saat muda, semangat dan dedikasinya tak pernah pudar. "Saya hanya ingin memastikan bahwa seni bela diri ini tidak hilang. Suatu hari nanti, mungkin saya sudah tidak bisa melatih lagi, tapi saya ingin ada yang meneruskan kebudayaan ini," katanya dengan nada haru.

Bagi kebanyakan masyarakat di Derwati, Dadang Darum bukan hanya seorang pelatih atau pengurus perguruan pencak silat. Ia adalah simbol dari keteguhan, kesetiaan, dan cinta terhadap warisan budaya. Di bawah asuhannya, pencak silat tidak hanya hidup, tapi juga berkembang, menjadi jembatan antara tradisi masa lalu dan masa depan.

Reporter: Algina Siti Nurahma

Tidak ada komentar

Posting Komentar

ⓒ all rights reserved Isbroad KPI 2024