Penjabat (PJ) Wali Kota Cimahi, Dikdik Suratno Nugrahawan, mengungkapkan bahwa upaya pengendalian inflasi di Kota Cimahi, Jawa Barat, telah menunjukkan peningkatan kinerja positif setelah mengalami kesulitan pada awal tahun Selasa (10/10/2023).
Menurutnya, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tren positif, dengan tingkat inflasi mencapai 7,37 persen pada bulan Januari dan secara bertahap menurun hingga mencapai 2,30 persen pada bulan September.
Dikdik Suratno Nugrahawan menyatakan bahwa perbaikan ini merupakan hasil dari upaya keras para pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Cimahi dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Awal tahun sebelumnya, Cimahi berada di peringkat ke-6 inflasi di Indonesia, dengan faktor-faktor seperti harga cabai, daging ayam, bawang putih, dan beras yang tinggi menjadi penyebab utama inflasi yang tinggi.
Meskipun inflasi di Kota Cimahi sempat mencapai peringkat yang tidak menguntungkan, Dikdik Suratno Nugrahawan menyatakan bahwa saat ini peringkat tersebut telah turun menjadi ke-264, menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam penanggulangan inflasi. Dikdik juga menjelaskan bahwa tren inflasi di Cimahi dipengaruhi oleh wilayah sekitarnya, termasuk Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat.
Seorang warga Kota Cimahi, Hilmi, berharap agar Pemerintah Kota terus mengendalikan inflasi dengan baik, mengingat dampaknya pada harga-harga kebutuhan pokok. Hilmi menyatakan kekhawatiran bahwa tanpa tindakan yang tepat, inflasi yang tidak terkendali dapat terus meningkatkan harga-harga kebutuhan pokok, seperti yang terjadi pada harga beras.
"Semoga pemkot Cimahi bisa mengendalikan inflasi ini dengan baik, karena kalau tidak ditindak dengan baik akan terus menaikan harga-harga kebutuhan pokok, seperti beras itu kan kemarin harganya terus naik" ujar Hilmi.
Abdan Rafie Imam
Tidak ada komentar
Posting Komentar