Bandung, Isboard.com – Banyak dari persepsi kita yang menggambarkan bahwa santri itu adalah orang yang ilmu agamanya mendalam, akhlaknya bagus, orang yang menjaga diri dan agamanya, orang yang zuhud, orang yang taat, orang yang alim, hanya mengaji, tidak sekolah formal, bisa baca kitab, mandiri, serba bisa, kreatif, dan banyak persepsi lainnya tentang santri.
Persepsi itu benar tapi tidak sepenuhnya, ada beberapa pesantren yang memfokuskan santrinya hanya untuk belajar kepondokan dan ilmu umum lainnya. Ada juga pesantren yang membolehkan santrinya sambil mengaji sambil mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-harinya sebagai santri. Rata-rata pesantren yang membolehkan santri mengaji dan mencari nafkah adalah pesantren tradisional salafi yang berada di jawa dan banten.
Di Kota Bandung terdapat pesantren mahasiswa "Pondok Pesantren Salafy Ar Raaid" yang berlokasi di Gg. Kujang, Cibiru, Kota Bandung, Jawa Barat. Pondok pesantren ini memiliki usaha yang dijalankan oleh santri, diproduksi oleh santri, dipasarkan oleh santri dan santri juga yang mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan sambel seafood tersebut. Produknya dinamakan 'Dapur Santri Ar Raaid' atau biasa disingkat 'DSA'.
Sambel Seafood DSA mempuyai dua jenis sambel yaitu sambel merah dan sambel ijo. Selain itu ada varian seafood lainnya, yang best seller ada Sambel Merah Baby Cumi. Ada juga varian seafood ikan tongkol, ikan tuna, ikan teri daging, ikan teri nasi, kerrang hijau, asin jambal roti. Bisa pilih ukuran juga tersedia 150gr dan 200gr.
Dalam proses pembuatannya tidak jauh berbeda dengan sambal lainnya hanya yang sangat spesial dan hanya ada pada proses pembuatan Sambal Seafood DSA ini, sebelum dimasak bahan bahan terlebih dahulu jajarkan dinampan lalu santri yang khidmah memulai proses memasak dengan melakukan tawasul, berdoa dan pembacaan shalawat terlebih dahulu. Ini dilakukan agar ketika konsumen memakan sambal ini diharapkan jadi kekuatan untuk bisa ibadah kepada Allah SWT.
Sambel ini dioleh dengan cara diuleg manual dengan tangan tanpa bantuan mesin penggiling, maka rasa yang dihasilkan pun berbeda dengan yang menggunakan penggilingan. Hal yang sangat diperhatikan ketika proses memasak adalah tidak boleh mendengarkan lagu kecuali shalawat kepada Rasulullah SAW. Sambil nguleg sambal bibir basah oleh shalawat yang dilantunkan.
Inilah yang diajarkan langsung dan diamanahkan langsung oleh Pimpinan Ponpes Ar Raaid kepada santri yang berkhidmah nguleg sambel. Setelah Melawati proses produksi dan pengemaasan, santri melakukan strategi penjualan melalui media sosial Facebook, Instagram, Tiktok serta e-commerce Shopee dan Tokopedia. Saat ini total yang sudah terjual dari awal produksi pada bulan November-Desember sudah mencapai lebih dari 600pcs.
Selain strategi penjualan lewat media sosial dan e-commerce para santri Ponpes Ar Raaid yang juga sebagai reseller membawa stok beberapa varian untuk dibawa ke kampus dan ditawarkan langsung kepada teman, dosen dan mahasiswa lainnya. Setelah penjualan barulah santri mendapat Sebagian keuntungan dari penjualan sambel seafood ini.
Selain mendapatkan ilmu agama yang baik, santri pun jadi belajar cara untuk wirausaha, cara memproduksi makanan, cara melakukan pemasaran dan bagi hasil antara seller dan reseller dalam akad jual beli sesuai kententuan syariat Islam.
Reporter : Andra Maulana Arif
Tidak ada komentar
Posting Komentar