Sumber: Laduni.id |
Beberapa hari ke belakang saya membaca kitab Qisasul Anbiya' (Kisah-kisah para Nabi) karangan Syeikh Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir, di dalamnya ada kisah perdebatan antara Nabi Musa dengan Nabi Adam. Disana diterangkan bahwasanya Nabi Musa menyalahkan Nabi Adam dikarenakan akibat kesalahannya kepada Allah dalam bentuk pelanggaran atas laranganNya, akhirnya umat manusia (semuanya) dikeluarkan dari surga dan membuat semua umat manusia juga sengsara karenanya.
Tapi menarik, jawabannya saya temukan dalam kitab yang berbeda, saya iseng membuka kitab Miftahus Sa'adah (Kunci Kebahagiaan) karangan Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah.
Jawabannya yaitu, dikeluarkannya Nabi Adam dari surga merupakan esensi kesempurnaan-Nya agar dia kembali ke surga dalam kondisi yang terbaik.
Allah SWT ingin membuat Nabi Adam dan keturunannya merasakan kehidupan dunia dengan segala kesusahan, keresahan, dan kesulitan di dalamnya, yang semua itu menjadi standar masuknya mereka ke surga di akhirat kelak. Dan, kebaikan sesuatu akan tampak melalui lawannya. Seandainya mereka hidup di surga, maka mereka tidak akan dapat mengetahui agungnya surga. Allah SWT ingin memerintah, melarang, dan menguji mereka, sedangkan surga bukanlah tempat untuk menerima beban taklif (paksaan), karena itu Allah menurunkan mereka ke bumi.
Allah SWT menawarkan kepada mereka sebaik-baik balasan, yang tidak mungkin diperoleh tanpa ada perintah dan larangan.
Tidak ada komentar
Posting Komentar