Prof DR. Abdussalam R. Panji Gumilang, M.P lakukan persiapan
Idul Adha 10 Zulhijah 1444 H mendatang dalam tausiyahnya, Jumat (9/6/2023). Dalam
penuturannya disebutkan bahwa pada 2022 silam para sahabat yang menerima daging
kurban berjumlah sebanyak 3.786 orang dengan daging berkepala mendapat 1,9 kg.
“Kalau kita bisa meningkatkan tahun ini, luruskan supaya
tidak koma. Tapi dua, tambah satu ons lagi” ungkap Syekh. Beras pun 5 kg, dan pada
tahun 2022 tersebut pendapatan kurban mencapai Rp.3.901.154.000,-
Adapun di Tahun 2023 ini yang sudah mendaftar dan didaftar untuk
menjadi penerima daging kurban meningkat signifikan yakni 5.073 person, dari
Indramayu ditambah Cirebon dilansir Al-Zaytun Official, “Kalau dikalikan 2 kg
ya, lumayan. Tahun ini sudah ada yang menyicil yaitu eksponen, kemudian
karyawan, kemudian guru. Sejumlah yang mereka azamkan dan menurut mereka sudah
lunas. Jadi 3% dari lima ribu sekian”.
Syekh berharap agar tahun ini lebih baik daripada tahun yang
lalu. Untuk harakah kurban ada di Kampung Sembung Anyar dan sekitarnya Kecamatan
Dukun Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Mengenai persiapan kurban, Syekh mengucap “Semua sudah
tersedia. Akibat daripada diskusi tahun 1998 atau ’97, tatkala ada sahabat yang
ingin berkurban (pada tahun itu kampus belum selesai dibangun). Syekh menawar,
boleh ga kalau kurban ini dilaksanakan pada setahun dua tahun kedepan. Sodara...
kalau seratus kepala ini kita potong, habis. Oleh sebab itu, seratus yang
jantan semua ini tuker menjadi 100 betina dan 25 jantan. Kemudian sekian tahun
kedepan kita kurban”.
Singkat cerita, ide Syekh disetujui dan memasuki Tahun 1999
dengan metode membiarkan kambing supaya bebas mengonsumsi rumput yang disukai, membuatnya subur
dan sering melahirkan keturunan. “Dari situ sampai hari ini tatkala menjalankan
kurban tidak pernah membeli dari luar. Kualitas daging yang diberikan kepada
penerima kualitas prima” terang Syekh.
Katanya, apabila kurang maka akan ditambah baik-baik dengan sebelumnya
melakukan karantina selama 2-3 bulan, “Baru kita gabungkan kepada koloni yang
ada itu. Sampai sekarang. Baru setelah itu dikonversi kepada nilai rupiah yang
kita dapatkan. Kita bisa terus membangun”.
Syekh menyebutkan bahwa inilah cara, metode, dan kaifiyat
yang dilakukan. Pimpinan Pondok Pesantren Al-Zaytun ini meyakini bahwa ini
adalah kaifiyat yang manusiawi, adil, dan beradab sehingga daging kualitasnya
prima dan sehat.
“Sodara-sodara, dan apa yang kita lakukan ini kalaulah ada
yang mau mengikuti, meniru, silahkan. Tidak meniru, mengikutipun tidak apa-apa
karena ini untuk di lingkaran kampus yang tujuannya adalah mendidik dan
membangun” ujarnya.
Menurutnya, apa yang dilakukan bukan untuk meminta diikuti
oleh siapapun karena ini adalah pendidikan, supaya
memiliki aksentuasi kehidupan yang adil dan beradab dalam rangka mewujudkan
persatuan Indonesia, “Syariat itu cara, cara kita. Kaifiyat kita, thariqah
kita, metode kita, untuk menanamkan kemanusiaan yang adil dan beradab”
jelasnya.
Tidak ada komentar
Posting Komentar