Bandung, Isbroad.com - Google kemarin menampilkan ikon yang bergambar tokoh pahlawan Indonesia di bidang kedokteran yakni bernama Prof. dr. Sulianti Saroso. Diketahui bahwa beliau merupakan orang yang sangat berjasa untuk memperbaiki dunia kesehatan yang saat itu sempat tidak baik-baik saja.
Prof. dr. Sulianti Saroso lahir pada tanggal 10 Mei 1917 di Karangasem, Bali dan meninggal dunia pada tanggal 29 April 1991 tepat di usianya yang menginjak 73 tahun. Beliau merupakan putri ke-2 dari dr, Muhammad Sulaiman dan memiliki suami yang bernama Saroso.
Beliau menempuh jenjang pendidikan di lembaga yang cukup memadai untuk menunjang keilmuannya. Ketika masih kecil, ia disekolahkan di lembaga pendidikan dasar berbahasa Belanda ELS (Europeesche Lagere School). Selanjutnya menempuh pada jenjang pendidikan menengah di Gymnanisum Bandung dimana saat itu mayoritas yang bersekolah adalah orang-orang berkulit putih atau orang asli eropa. Kemudian lulus dari pendidikan kedokterannya di Geneeskuundige Hoge School (GHS) pada tahun 1942, dimana nama tersebut merupakan nama baru untuk sekolah kedokteran STOVIA di Batavia.
Tidak sampai ditahap itu, Sulianti bersemangat untuk melanjutkan pendidikannya di Inggris, Skandinavia, Amerika Serikat dan Malaya selama kurang lebih dua tahun (1950-1951) dan dari sinilah ia mendapatkan sertifikat resmi dari Universitas London yakni Certificate of Public Health Administration. Pada tahun 1962, Sulianti mendapatkan gelar barunya yakni gelar MPH atau Master of Public Health dan TM atau Tropical Medicine.
Pada tahun 1965 kembali mendapatkan gelar akademiknya yakni Doctor of Public Health (Epidemiologi) setelah berhasil mengeluarkan karya disertaasi yang berjudul The Natural History of Enteropathogenic Escherechia Coli Infections di Tulane Medical School, New Orleans, Louisiana, Amerika Serikat. Beliau juga pernah menerima beasiswa dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mempelajari sistem kesehatan ibu dan anak di seluruh Eropa.
Banyaknya gelar bukanlah semata karena mengejar ambisi diri sendiri, tetapi Prof. dr Sulianti Saroso ini memiliki misi dan kontribusi yang sangat besar untuk dunia kesehatan. Beberapa diantaranya adalah pencetus untuk mencegah penyakit infeksi menular dan juga pembatasan kelahiran atau yang sekarang biasa kita kenal sebagai Keluarga Berencana (KB).
Keunikan yang dilihat darinya adalah tidak memiliki ketertarikan menjadi dokter praktek. Beliau memutuskan menjadi peneliti dan perancang untuk kebijakan kesehatan. Untuk program pembatasan kelahiran tercetus berawal dari keinginan untuk menyeimbangkan kondisi masyarakat yang masih sering dilanda dengan kemiskinan, malnutrisi, kesehatan yang buruk dari ibu dan anak, dimana hal itu merupakan pengamatan dari angka kelahiran yang tidak terkontrol.
Walaupun sempat ditolak oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta, program ini akhirnya diterima dan baru bisa berjalan di masa Orde Baru. Pemerintah akhirnya mengakui bahwa program Gerakan Keluarga Berencana Nasional Indonesia ini sudah cukup untuk membantu menurunkan angka kelahiran.
Saat masih menjabat sebagai Dirjen P4M, ia mendeklarasikan program untuk Indonesia bebas cacar dan di tahun 1975, ia memilih sukarela mundur dari jabatannya dan mengabdi di Balitbang Kesehatan sampai pensiun pada 1978. Bersamaan dengan itu, WHO masih mempercayainya untuk menjadi pengawas pada Pusat Penelitian Diare di Dakka, Bangladesh 1979. Mulailah pada era 1970 - 1980an ide dan gagasannya mengenai pengendalian penyakit menular, Keluarga Berencana dan Kesehatan ibu serta anak sedikit demi sedikit oleh pemerintah mulai dijalankan.
Menginjak usia 73 tahun, Prof. dr. Sulianti Saroso tutup usia. Atas dedikasi dan kontribusi Sulianti, namanya diabadikan untuk sebuah rumah sakit di Jakarta yaitu Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso dan karena kemarin tanggal 10 Mei, maka diperingati sebagai hari kelahirannya yang didukung dengan penampilan ikon google bergambar Prof. dr. Sulianti Saroso.
Aliyya Ummu Nahda
Sumber foto : Instagram
Tidak ada komentar
Posting Komentar