Bandung, Isbroad.com- Manusia merupakan makhluk sempurna yang dianugerahi akal untuk membedakan hal baik dan buruk. Hal tersebut menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk lain yang diciptakan tuhan. Disamping akal tersebut, manusia pun memiliki hawa nafsu yang dapat menyebabkan perilaku menyimpang dari ajaran ketauhidan, maka diutuslah Rasulullah SAW sebagai penyempurna akhlak manusia.
Dalam ranah keumatan, degradasi moral mencakup sikap tidak peduli
terhadap sesama umat Islam, sehingga banyak terjadinya fenomena kemunduran
moral atau budi pekerti seseorang maupun kelompok. Saat ini, moral remaja di
Indonesia mengalami degradasi yang signifikan. Salah satu contohnya sikap
saling menasihati dan mengingatkan sesama umat semakin berkurang. Hal ini
terjadi bukan tanpa alasan, tetapi disebabkan oleh perubahan zaman dan juga
lingkungan yang menyebabkan berkurangnya interaksi sosial antar umat.
Sikap kepedulian sesama umat Muslim wajib
untuk dilaksanakan karena dengan adanya kepedulian, umat Muslim dapat Bersatu
untuk menegakan kebenaran dan juga mencegah kebathilan, sehingga persatuan
tersebut dapat terjalin. Sikap tersebut meliputi berbagai hal, contohnya saling
mengingatkan terhadap perbuatan yang tercelah. Dalam surat Al-Ashr Allah
berfirman ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal sholih, saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling
menasihati supaya tetap di atas kesabaran” (QS. Al-’Ashr [103]: 1-3).
Saat ini, Indonesia telah memasuki masa transisi dari pandemic
ke endemic. Tetapi masyarakat sudah terbiasa dengan pola hidup di masa pandemic.
Yaitu, berupa kurangnya interaksi sosial di masyarakat karena penggunaan gawai
yang berlebih. Selain itu masalah kemiskinan, pengangguran, penyebaran hoaks,
dan masalah-masalah lainnya masih belum teratasi. Seharusnya dengan adanya masa
transisi tersebut, masalah yang terjadi dapat berkurang. Namun, pada
kenyataannya masalah tersebut momok yang sulit diatasi.
Disamping itu, kurangnya interaksi sosial di masyarakat dapat
menimbulkan sikap apatis terhadap negara, sehingga banyak masyarakat yang tidak
peduli terhadap lingkungannya. Permasalahan tersebut tidak sedikit dapat
menggoncang keutuhan persatuan masyarakat dan umat Islam di Indonesia. Padahal
Allah SWT telah berfirman “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti”. (QS. Al-Hujurat [49]: 13).
Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa kata lita’arofu yang berarti agar kalian saling mengenal memiliki makna perintah untuk bersosialisasi dan mengenal satu sama lain dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dapat disimpulkan bahwa Allah menciptakan manusia dengan segala perbedaanya, tidak di maksudkan untuk menjadi sumber konflik bagi manusia. Melainkan agar manusia saling mengenal dan merenungi makna indahnya perdamaian dan perbedaan. Seperti semboyan bangsa Indonesia “bhineka tunggal Ika” , yang artinya berbeda-beda tapi tetap satu jua.
Arif Nugraha
Sumber foto : Freepik.com
Tidak ada komentar
Posting Komentar