Bandung, Isbroad.com - Jika hanya santriwan-santriwati yang sudah
sistematis merasakan langsung rutinitas harian syariat berdasarkan kurikulum pesantren,
atau hanya golongan ormas Islam tertentu dengan semangat abdinya melaksanakan
perintah Ilahi secara struktur, maka Ramadan menjadi wujud kesatuan segala
rutinitas dan harian syariat yang pelaksananya tidak lain adalah seluruh umat
Islam, umatnya para nabi, sebuah eksistensi yang tak pandang region patuh
menjalankan ibadah di bulan suci tersebut.
Tidak
ada gap di antara perbedaan jenis dan golongan umat Islam dunia. Selain debat
rasional mendiskusikan rentang waktu Shaum dan berbuka puasa, semuanya antusias
dengan target menggugurkan kewajiban yakni menahan lapar, dahaga, serta jauh
dari perilaku munkar. Bagaimana tidak, Allah tegaskan bahwa segala amal sholih
yang diperbuat di saat seperti ini akan dilipat gandakan pahalanya. Di bulan
ini, satu kali dayung dua pulau terlampaui. Sekali berbuat baik maka mendapat
pahala lipatan kali. Rasa susah dengan menahan diri terbalaskan dengan banyaknya
saldo akhirat.
Adalah
keputusan bijak dengan bersegera meremajakan iman sedari kini, sehingga kedatangan
Ramadan semakin menyuburkan ketaatan dan apabila bulan ini telah berlalu, hikmat
Islam tetap kuat bahkan bertumbuh dan berkembang. Berzikir ketika bibir lengah,
optimis ketika melihat peristiwa tak terhindarkan, hingga perasaan dekat dengan
Pencipta bukan hal yang mustahil terbentuk atas perawatan iman yang sudah
dijalankan di Bulan Ramadhan. Perlu diketahui bahwa perbuatan yang baik
berpeluang menciptakan lingkungan yang baik pula, karena itu sangat disayangkan
apabila menuruti nafsu belaka daripada menyebarkan kebermanfaatan yang sudah
jelas baik-baik.
Sholat
sebagai tiang agama menjadi opsi utama melakukan rekonstruksi iman. Tidak
banyak yang menyadari bahwa kandungan makna di dalam bacaan sholat mencakup
lingkup kehidupan pribadi seseorang. Baru rakaat pertama saja sudah menyebut,
‘sholatku, ibadahku, hidup, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam '
yang menegaskan bahwa manusia hidup tidak perlu berpaling, cukuplah di
jalan-Nya. Apalagi jika kandungan makna dikaji hingga rakaat terakhir. Menjadi awal
yang baik untuk mempercantik iman dan mempermudah jalan panjang perjalanan
hidup di dunia dan akhirat, Insya Allah.
-Alivva Rahmani-
Tidak ada komentar
Posting Komentar