Bandung, Isbroad.com
- Dewasa kini kita tahu bahwasanya Indonesia telah mengalami masa digitalisasi
media. Dimana teknologi informasi semakin pesat dalam perkembangannya.
Kecepatan perkembangan teknologi informasi memang berpengaruh besar terhadap tatanan
kehidupan masyarakat, bahkan mampu berdampak pada sebuah negara.
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi banyak hal
yang berubah, mulai dari gaya bahasa hingga gaya hidup masyarakat kini
berkaitan erat dengan teknologi. Selain itu juga, kini muncul profesi baru yang
mulai muncul di tataran sosial. Misalnya, kini marak yang disebut blogger,
game developer, big data analysis , forensic cyber crime specialist, web
developer, smart animator, dan masih banyak lagi.
Tatanan kehidupan masyarakat dewasa ini mulai berjalan
menuju persimpangan revolusi 4.0 dengan masyarakat society 5.0 dimana
kegiatan manusia berbasis data, kecerdasan buatan akan mentransmisikan big data
yang terkumpul dari internet pada segala bidang kehidupan (the Internet of
Things). Hal tersebut ditujukan untuk meningkatkan kemampuan manusia
membuka peluang-peluang bagi kemanusiaan.
Inovasi masyarakat society 5.0 ingin mencapai tujuan
masyarakat yang berwawasan jauh ke depan dan memecah segala stagnasi yang ada.
Tujuan lainnya adalah ingin mencapai masyarakat yang anggotanya saling
menghormati dan menghargai, serta
masyarakat yangmana setiap orang dapat menjadi pemimpin kehidupan yang aktif
dan menyenangkan.
Indonesia sendiri memiliki peluang yang mendukung
pembentukan ekosistem masyarakat society 5.0 dengan adanya bonus
demografi. Mengingat dominasi penduduk Indonesia saat ini adalah generasi Z dan
generasi milenial. Generasi ini adalah mereka yang memiliki kehidupan lekat
dengan teknologi, selain itu rentang usia mereka adalah 9 sampai 40 tahun yang
termasuk ke dalam usia produktif. Suatu bangsa dengan banyaknya penduduk usia
produktif tentu adalah satu hal yang menjadi pendukung utama dalam keberhasilan
perkembangan society 5.0 di negara tersebut.
Namun, adanya persimpangan masa tentu memunculkan banyak hal
yang terasa baru dan tidak biasa. Masa perpindahan dan masa persimpangan adalah
hal yang bisa menyebabkan seseorang di usia produktif mengalami tekanan dalam
hidupnya karena menghadapi peralihan masa, apalagi saat ini tentu tidak asing
lagi dengan permasalahan utama generasi Z dan generasi milenial yakni mengalami
quarter life crisis. Para generasi tersebut sering merasa cemas dan gelisah
tentang banyak hal dalam kehidupan. Mereka kerap kali merasa hilang arah dan
khawatir akan masa depan.
Dalam hal ini tentunya peranan agama itu penting dalam
keberlangsungan hidup masyarakat, semaju apapun perkembangan teknologi
informasi yang ada. Tanpa didampingi dan diiringi dengan adanya penguatan
masalah keagamaan, maka tentu hidup akan semakin hilang arah.
Oleh karena mengalami masa peralihan dan dalam rangka
menghadapi tantangan society 5.0 maka pola strategi dakwah yang paling relevan dan efektif adalah dengan
mempertimbangkan aspek budaya mad’u dan dai yang mewadahi keberlangsungan interaksi
berbagai unsur dalam keberlangsungan dakwah, selain itu dengan mengkaji lebih
dalam tentang karakteristik mad’u, serta etnis tersebut. Hal yang sebaiknya
dilakukan selanjutnya adalah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dalam society
5.0 karena pada dasarnya kemajuan di era ini meliputi berbagai aspek kehidupan.
Jadi, para da’I dan mubaligh serta timnya harus bisa
mengikuti perkembangan zaman. Ada baiknya, para da’I dan mubaligh juga
berdakwah melalui media sosial. Ketika menghadapi generasi dalam masa peralihan
cara terbaik untuk berdakwah adalah memulai pendekatan terhadap mad’u yang
dituju. Misalnya saja ketika mad’u itu merupakan generasi Z dan generasi
milenial, para da’I dan mubaligh terlebih dahulu harus memperhatikan bagaimana
para generasi tersebut dalam hal belajar.
Generasi dalam masa peralihan ini banyak yang tidak tertarik
ketika suatu konten dakwah terkesan monoton dan menggurui. Mereka cenderung
lebih tertarik kepada cara berdakwah yang informatif dan mengikuti trend
mereka. Sebab menurut mereka, dakwah itu tidak harus ceramah.
Dakwah di masa kini bisa melalu sesi sharing, obrolan santai
tetapi mendalam, dan memberikan contoh dengan membiasakan diri. Terkadang
perilaku seseorang bisa menjadi jalannya untuk berdakwah kepada orang di sekitarnya.
Dengan kompleksnya ragam tantangan yang dihadapi oleh para
generasi Z dan generasi milenial dalam hidup mengikuti perkembangan zaman dan
tetap berjalan pada aturan keagamaan, para da’I dan mubaligh harus memiliki
manajemen tabligh yang baik. Tetapi perlu diingat bahwa dakwah tidak selamanya
ceramah dan mubaligh tidak selamanya tokoh agama.
-Allice Shetea Fatonah-
Sumber Foto : Pixabay
Begitu rumit tantangan da'i dewasa ini.
BalasHapus