Inilah Kerukunan Antara Agama Setelah Islam | Isbroad - Memberi Wawasan Memajukan Peradaban

Inilah Kerukunan Antara Agama Setelah Islam

 


Bandung, Isbroad.com Toleransi dalam KBBI berarti sikap saling menjaga hubungan baik antar sesama manusia dengan menghormati dan menghargai individu atau kelompok yang sama atau berbeda dengannya, baik secara suku, bahasa, budaya, politik maupun agama (toleransi beragama). Toleransi dalam beragama, di sisi lain, berarti saling menghormati keyakinan orang lain dan bersikap toleran terhadap pemeluk agama lain, tidak memaksa mereka untuk mengikuti agama kita dan tidak memusuhi orang yang tidak seagama dengan kita. 

Menurut Sufaat Mansur dalam bukunya Toleransi dalam Islam, sejarah mencatat toleransi umat Islam terhadap agama lain. Sebagai contoh; Piagam Madinah pada masa Nabi Muhammad, penaklukan Mekkah oleh umat Islam, penaklukan Konstantinopel oleh Pangeran Muhammad al-Fatih, penaklukan Yerusalem pada Perang Salib oleh Salahuddin al-Ayyubi dan masih banyak contoh konsep toleransi lainnya oleh umat Islam terhadap agama lain. 

Sebagaimana dinyatakan dalam piagam, umat Islam memiliki kewajiban untuk memberikan perlindungan kepada pemeluk agama lain dan untuk memenuhi hak-hak mereka. Selama penaklukan, para tahanan juga diperlakukan dengan baik oleh tentara Muslim, tidak ada setetes darah pun yang tertumpah bahkan di Fathu al-Makkah. Bukankah itu sikap toleransi? Kemudian, baru-baru ini, terorisme, bom bunuh diri, dan konflik antaragama oleh umat Islam telah dilaporkan. Bahkan dengan pemeriksaan yang cermat, ternyata itu tidak murni Islami.

Adanya campur tangan dari orang-orang di luar Islam yang ingin menghasut dan mengganggu keutuhan ummat dengan menggunakan agama sebagai kendaraannya. Setelah umat Islam terpecah belah, maka akan mudah bagi unsurunsur tersebut untuk memenuhi misinya dalam menguasai sumber daya di daerah tersebut. Selain menguasai sumber daya alam, individu- individu ini juga memiliki misi untuk mempromosikan pluralisme. Pemahaman ini mengajarkan bahwa kebenaran adalah milik bersama, tidak ada pendapat yang benar, semua pendapat sama benarnya. Mengontraskan pluralisme dengan agama berarti pemahaman yang memandang semua agama sama dengan agama lain.

Gagasan pluralisme tampaknya menawarkan solusi yang menjanjikan untuk mencapai nilai-nilai kemanusiaan yang luhur, harmonis, dan damai. Namun, setelah diteliti lebih dekat dan lebih kritis, ternyata esensi gagasan tersebut justru sebaliknya. Paham ini ternyata tidak ramah dan intoleran karena mengingkari kesakralan sebuah teks dan kemutlakan Tuhan. Jika konsep kebenaran disamakan atau bahkan dihilangkan dalam setiap agama atas nama pluralisme dan toleransi, maka akan sangat mengganggu tatanan dan ajaran setiap agama. 

Orang bisa menjadi murtad dan mualaf sesuka hati, meskipun dalam Islam perhatian serius diberikan pada masalah kemurtadan, bukan sebagai bahan percobaan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa masalah kerukunan antar umat beragama atau toleransi beragama telah dilakukan oleh umat Islam sejak awal Islam, seperti yang telah dijelaskan di atas. Jauh sebelum manusia mengenal keragaman dan keharmonisan, umat Islam telah mengajarkan dan mempraktekkan toleransi. Dalam Islam, ruang-ruang diberikan antar umat beragama untuk bekerja sama dan saling menghormati. Sehingga kerukunan dapat terwujud tanpa harus mengorbankan keyakinan masing-masing.


-Aksal Ardiansyah-

Tidak ada komentar

Posting Komentar

ⓒ all rights reserved Isbroad KPI 2024